Sabtu, 22 Juni 2013

Resensi Film: Good Bye Lenin! (2003)

Salah satu khas film produksi daratan Eropa: tak peduli melibatkan adegan penampil organ vital. Ini berlaku di Goodbye Lenin. Ada 1 adegan yang jelas mengganggu para penonton konservatif. Padahal bukan menyangkut perkara sensualitas ataupun seksualitas. Dari judulnya, ada kesan politis tercuat. Tak sepenuhnya meleset, namun di atas semuanya Goodbye merupakan film drama keluarga.

Sayang sekali saat menontonnya, saya termasuk yang telat. Banyak teman yang sudah menyaksikan duluan. Di luar itu, ada kendala teknis dan personal buat saya saat menikmatinya. Saya menonton film ini secara bersambung, terbagi ke dalam dua kesempatan. Yang pertama cuma 30 menit durasi awal, sedang sisanya dirampungkan dalam kesempatan kedua yang mana telah berselang beberapa minggu lamanya… Alamak! Jadi sempat sedikit lupa saya bagian-bagian awal filmnya.

Mengisahkan tentang sebuah keluarga yang sedang melalui cobaan hidup dalam fase transisi reunifikasi Jerman (1990-an). Seorang wanita karier idealis berideologi “kiri” ditinggal suaminya. Ia tinggal bersama satu putera dan satu puteri. Si putera dengan gejolak kawula mudanya mulai menaruh perhatian pada soal politik, yang mana berseberangan dengan jalur politis sang bunda. Dalam suatu kejadian, sang bunda menyaksikan dengan mata kepala sendiri bahwa si putera ikut turun berdemonstrasi. Ia syok, mendapat serangan jantung hingga koma berkepanjangan. Saat sang bunda mulai sadar, dokter berpesan supaya sang bunda terjaga dari berita-berita mengejutkan.

Masalahnya, dunia telah berubah saat sang bunda siuman. Tembok Jerman telah jebol. Jerman jadi satu, kapitalisme merangsek. Si putera mengajak kakak perempuannya mengondisikan kehidupan masih berjalan persis seperti keadaan sebelum ibu mereka koma.

Sensasi yang saya dapat di durasi awal membuat saya tak mengantisipasi hembusan angin emosional di babak-babak akhir. Iringan ilustrasi musiknya walaupun tak megah dan mudah terkenang ala Holiwut, namun mampu sekali mewakili suasana. Ada hal-hal yang membuat saya merasa bahwa film ini manis. Kemanisan yang tak diwarna-warnai. Tak diberi penyedap rasa atau pengawet. Dan itu yang membuat saya merasa nyaman. [B+] 22/06/13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar