Senin, 17 September 2012

Resensi Film: Mario Puzo's The Godfather: Part 3 (1990)

Saya tahu banyak pihak agak mencela film ini. Saya pikir ya wajarlah karena seri pertamanya yang lahir puluhan tahun sebelumnya telah dinobatkan sebagai salah satu film klasik sepanjang masa. Tapi apa yang telah saya tonton bukanlah suatu karya agak tercela. Saya perlu tegaskan itu sejak awal dalam ulasan ini.

Al Pacino sudah menua di sini, ditandai rambut uban dominan. Tapi kekuatan dan kerisauan karakter yang dimainkannya tetap terpandang jelas di mata penontonnya. Selain itu, di seri terakhir ini pasti siapapun yang belum membaca bukunya akan penasaran dengan bagaimana akhir dari kisah trilogi mafia asal Sicilia ini.

Michael Corleone (Al Pacino) yang malang, ia hendak menuntaskan misinya. Tak hanya bagi keluarga, namun juga bagi nama baik keturunan, bisnis, dan yang terpenting bagi dirinya sendiri. Dedengkot mafia pun menghadapi persimpangan ketika menjelang usia senjanya. Kehidupan material sudah bukan menjadi ukuran lagi, yang nampak lebih utama adalah keihklasan menjemput kebahagiaan. Ini yang saya tangkap dari isu seri pungkasan dari trilogi The Godfather.

Francis Ford Coppola telah setia memproduksi trilogi Godfather secara runtut dan kuat secara intensitas penokohan. Terima kasih untuk para pemerannya. Mungkin yang menjadi kendala utama dalam seri terakhir ini adalah jaraknya yang terlampau lama dengan seri kedua. Menjadikannya sebuah selebrasi perpisahan yang biasa saja, berbeda halnya ketika kita mengikuti trilogi extravaganza J.R.R. Tolkien’s The Lord of the Rings. Meskipun sudah tak meriah lagi, mari kita bersulang bersama: Cent’anni! [B] 16/09/12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar