Minggu, 14 Agustus 2011

Pasca-Membaca "Nasional.Is.Me"-nya Pandji Pragiwaksono

Sudah lama tak baca buku, keasyikan belajar siasat dan trik tes TOEFL. Tiba-tiba bisa kecanduan sekilas nuntasin buku karya Pandji Pragiwaksono bertitel Nasional.Is.Me. Ceritanya begini... Suatu pagi saya (seperti biasa) berstatus invisible di Y!M, di situ saya lihat teman saya sedang online dan muter lagunya Pandji berjudul apa gitu. Terus saya sapa dan sahut saja... mengingat saya sering dengar Hard Rock FM sewaktu masih merantau cari nafkah di Jakarta. Tanya tentang bagaimana lagu-lagu Pandji. Eh, teman saya tahu-tahu bilang dia jadi enggan bepergian ke Thai atau Viet dan lebih memilih destinasi domestik setelah baca Nasional.Is.Me. Whoa... penasaran saya jadinya tentang how strong this book affects its readers jadinya? Saya dikasih rekomendasi buat ngunduh pdf-nya via pandji.com (thx Aji...). Sampailah saya di laman tersebut dan busyet! Saya baru nyadar, Pandji yang dimaksud itu Pandji yang sering nongol di TV. Ya ampun, kemana aja saya selama ini... Hello?

Mulai baca. Kebetulan waktu itu saya sedang di kantor, pakai fasilitas internet kantor pula buat unduh file (sekadar informasi, saya bekerja di instansi pemerintah). Semoga ini bukan bagian dari korupsi apapun itu jenisnya, bismillah saya selalu berniat melakukan sesuatu yang bermanfaat di waktu senggang. Maklum di kerjaan saya memang sangat berlimpah waktu selanya (you know-lah?), ketimbang join RERASAN CLUB yang doyan berbuih-buih bin mumpluk ngerasani sana-sini dan amit-amit!!!! Sepuluh halaman pertama memuat perasaan tertarik amat sangatnya. Konsep tulisan Pandji santai, lugas, jujur, dan tak overakting. Teknisnya pun ayik karena tak rapi tipe justify kayak ngetik makalah. Jadi bacanya enjoy dan (yang terpenting) cepat ganti halaman. Hwa3....

Buku ini semacam persuasi provokatif bagi apatis-er sampai level ke bawahnya dalam memandang Indonesia. Intinya, tak seburuk itu kok Indonesia dan kalau peduli dan mau kamu tentu bisa berbuat sesuatu untuknya. Yang lebih memalukan lagi, saya tak pernah menggagas apa sih itu Indonesia Unite. Dan lewat baca tulisan ini saya baru tahu macam apakah Indonesia Unite itu. Saya takkan membahasnya di sini. Saya akan lebih fokus pada pengalaman dan apa yang tersisa dalam diri selama dan setelah membaca Nasional.Is.Me. Judulnya aja lucu dan kreatif ya. Salut buat Mas Pandji yang mau blak-blakan dan membuka diri guna berbagi sesama ihwal latar belakang dan pengalaman hidupnya. Acapkali saya terharu (dalam artian sebenarnya) ketika melintasi bagian-bagian yang humanis nan emosional. Itu tersebar di banyak bagian dalam tulisan ini. Mulai masa sekolahnya sampai caption pada halaman terakhir.

Saya sangat tertarik dengan perjalanan kisah SD-SMP-SMA, terutama waktu SMA. Beneran, kalau saya kreatif dan punya senses of film-making bagus pasti sudah bisa menyiapkan rencana pembuatan filmnya. Tak semua orang punya pengalaman hidup yang sama. Itu yang membuat masing-masing cerita jadi unik dan bernilai lebih kalau kita bisa menceritrerakannya secara bersemangat dan seru (ingat karakter Forrest Gump jadinya). Halaman demi halaman saya lewati, makin ke sini makin membuat saya malu karena merasa belum bisa berbuat sesuatu untuk negeri sekalipun sekarang sudah menjadi CALON staf pemerintah. Sementara di dalam dan luar kantor saya malah lebih sering enjoy ngenyek-ngenyek dan murka atas perlakuan lembaga terhadap diri. Semoga saja takkan berkepanjangan dan bisa mendorong ke arah yang lebih baik. Amin. Tapi jujur, pelampiasan itu perlu karena akan menghasilkan energi negatif kalau terus-terusan dipendam.

Nasional.Is.Me membuat khayal saya sepintas berkeliling ke beberapa pelosok negeri. Bagian yang disampaikan setelah babak tentang sekolah dan olahraga. Pada bagian olahraga, saya mengamini juga bahwa salah satu momen kebersatuan negeri ini ya pas pertandingan melawan negara lain. Semua yang tadinya berantem bisa menjadi satu-padu. Dari mana kekuatan ini berasal kalau kita sendiri telah menyadari bahwa kita ini satu. Memang musti terus diasah, kalau perlu dipaksakan. Saya harap, kalau ingin benar-benar membuat tulisan ini spesial ketika membacanya mohon dikesampingkan dulu prinsip ala Imagine-nya John Lennon sejenak karena kita sekarang sedang membicarakan Indonesia, yang dibatasi faktor yuridis dan geografis.

Saya salut dengan cetusan Indonesia Unite yang mengobarkan semangat revitalisasi nasionalisme. Sekarang masih banyak yang mendiskusikannya tentang apakah masih ada, relevankah, apa penggantinya. Bagi saya pribadi, silakan lakukan apapun yang bisa dikerjakan asal positif dan berusaha tidak berjalan di tempat. Capeknya terasa mubadzir. Negara kita tercinta ini tak hanya kaya akan Sumber Daya Alam (SDA)-nya melainkan juga wacana. Manfaatkan itu untuk berbuat sesuatu, sekecil apapun. Memang Pandji dalam buku ini tak menyarankan dan menolak terjadinya revolusi karena negara ini sudah on the track. Tapi bagi saya, kaum revolusioner pun silakan meneruskan persiapan kematangan dalam eksekusi dan visinya asal tak mengganggu dan mengorbankan perdamaian dan segala kebaikan yang sudah ada di Indonesia.

Mari kita lakukan dengan cara masing-masing. Saya pribadi takkan malu untuk memulai dengan hal remeh, misal membuang sampah pada tempatnya. Bagi negara yang sebentar lagi berusia 66 tahun ini hal kecil apapun akan terasa besar manfaatnya kelak. Gila apa, buang sampah aja masih sebarangan padahal sudah berkepala enam. Apa tak kurang menyedihkan? Inilah investasi bagi pendekatan sekuler, untuk yang relijius bisa jadi jariyah. Insya Allah... Temukan teman-teman sevisi demi menjadi stabilitas pelita semangat. Konsisten untuk sedikit demi sedikit menular-sultutkan ke yang lain. Sudah jamak diketahui bahwa pada hakikatnya manusia dilahirkan bersih. Lama-kelamaan pasti akan ada yang tersetrum jika yang kita lakukan merupakan murninya kebaikan. Biarkan sumbu ini menyala hingga lilin meleleh habis. 13/08/11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar