Minggu, 13 Mei 2012

Resensi Film: We Need to Talk about Kevin (2011)

Masih ingat dengan cerita film Elephant? Tentang pembunuhan massal teman sekolah di lingkungan sekolah. Saya pernah menonton acara bersumber youtube.com milik stasiun TV Trans7, On the Spot, ketika membahas 7 pembunuhan tersadis (kalau tak salah). Nah, pembunuhan yang diangkat pada film Elephant masuk salah satu jajaran daftar versi acara tersebut. Lalu mengapa saya mulai ulasan ini dengan mengingat Elephant? Hubungannya adalah kasus setaniyah yang diangkat.

We Need to Talk about Kevin memandang dari sudut hubungan antara seorang ibu dengan putera “iblis”-nya. Film ini mengurai cerita mulai dari sang ibu bercinta, melahirkan putera pertama bernama Kevin, hingga punya putera lagi yang tentu menjadi adik bagi Kevin. Jangan kira khas drama konvensional akan Anda saksikan dalam film ini. Melainkan sebuah interpretasi suasana mental sang ibu yang diperlihatkan secara intens. Kevin yang dibicarakan sejak judul adalah bocah berkedalaman emosional misterius. Potensial menjadi psikopat.

Permainan sinematografi dan akting pemeran utama sang ibu peranan Tilda Swinton merupakan dua menu utama presentasi film ini. Diadaptasi dari sebuah novel, tentu membuat saya membayangkan bagaimana sajian naratif-deskriptif bukunya lewat sajian filmnya. Dalam hal ini, saya cukup menyanjung si strada. Kendatipun demikian, saya tipikal penonton film yang suka dengan cerita tajam bermagnet kuat. Dari sudut pandang yang terakhir, saya tak terpuaskan oleh film ini.

Saya terang-terangan tak rekomendasikan film ini ditonton jika unsur cerita menjadi harapan utama. Jika Anda butuh referensi sinematografi psikologis, mungkin film ini bisa jadi pilihan untuk Anda tinjau. Saking seriusnya film ini, saya segera ingin menebusnya dengan menyeruput minuman segar. [B-] 13/05/12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar