Sabtu, 18 Juni 2011

Resensi Film: The Town (2010)

Ben Affleck beraksi kembali. Dalam Town, Ben berlaku sebagai pemeran utama dan strada. Setelah cukup berhasil menangani Gone Baby Gone, Ben tak ambil risiko membuat terobosan baru. Bonus di dalam Town adalah adegan aksi. Mengisahkan aksi sekawan pencuri mobil dan perampok bank yang terbentuk karena faktor lingkungan. Berset di Charlestown, Boston, film berdurasi 2 jam ini menambah info buat saya bahwa kawasan itu cukup terkenal dengan kedua aksi kriminal tersebut. Terwariskan turun-temurun, mungkin seperti halnya korupsi di tanah air kita nan tercinta.

Dalam sekawanan tersebut, Ben memerankan tokoh yang ingin bertobat mengubah hidup dari pelaku kriminal menjadi khalayak seperti umumnya. Bertaburan sekali film dengan cerita seperti ini, ingat saja Eastern Promises dkk. Plotnya lempeng-lempeng saja. Dimulai dengan aksi merampok sebuah bank, menyandera saksi, investigasi, pengejaran, dan penyergapan. Kesemuanya menjadi garnis di atas kudapan utama bernama tobat dengan rencana memulai kehidupan baru.

Secara tak langsung The Town membuat saya kembali membandingkan lebih cemerlang mana antara Ben sebagai aktor atau sebagai strada. Kali ini saya sepakat dengan teman saya kalau Ben cenderung bertalenta menjadi strada, dan mungkin sekaligus penulis skenario. Entah mengapa saya selalu melihat Ben memerankan karakter yang itu-itu saja. Cowok dengan hati mulia namun terjebak dalam lingkungan “nakal”.

Untuk sebuah film bertema umum, Town kepanjangan. Tanpa kebaruan dan kejutan berarti membuatnya berwujud pribadi menyenangkan yang duduk di atas kursi roda. Seandainya saja ia bisa bergerak lebih cepat... [B] 18/06/11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar