Jangan terperdaya oleh judul dan
poster filmnya! Itu pesan moral utama yang saya tangkap dari film ini. Setelah
membedil tiga orang di Swedia yang waktu itu tengah diselimuti salju, seorang
pria irit bicara bertatapan-mata tegang penuh-pikiran berpindah-pindah kota dan
negara, masih di atas daratan Eropa. Ia sering menelepon seseorang via pojok
telepon umum koin. Ketika tersambung, bicaranya serius. Singkat seperlunya dan
jelas. Dari gaya bicaranya, ia berbahasa Inggris aksen Amerika. Ia orang
Amerika!(???)
Sampai film rampung, saya tak
mengerti poin keamerikanan apa yang diangkat lewat karakter utama yang
diperankan oleh George Clooney dalam film ini. Saya malah merasa bahwa film ini
lebih sip jika dikasih judul sebagaimana judul novel aslinya, A Very Private Gentleman. Saya malah terheran-heran, ketika si
strada berhasil membuat saya, sebagai penonton, menangkap ruh judul versi novel
asli mengapa musti perlu mengubah judul film yang malah justru menurut saya
kurang klop dengan isi film.
Si orang Amerika ini ceritanya
sedang berada di persimpangan. Melakukan satu dosa terakhir untuk membuka
lembaran baru. Ia mau insyaf, intinya. Kalau dibilang klise, memang tak total
keliru jika dinilai demikian. Tapi yang membuat saya mengapresiasi film ini
adalah eksklusivitas aspek teknis. Rapi betul kemasannya, total mendukung
nuansa hening film. Dengan dialog minim, apalagi yang bisa ditawarkan?
Menciptakan nuansa film secara intens menjadi solusi substitusi yang bijak.
Untuk ukuran jalan cerita yang tak begitu rumit, saya lihat The American telah mampu berikan yang
terbaik—sembari teringat jargon salah satu merek rokok putih “talk less, do more”. [B] 26/03/13